Nama : Frida heni
Nim : 12647
kelompok : 1
golongan : B3
Pemanfaatan Cendawan Mikroza Arbuskula
Untuk
Memacu Pertumbuhan Bibit Manggis
Oleh
: M. Jawal Anwarudin Syah, Irwan Muas dan Yusri Herizal
Program
pengembangan tanaman manggis dalam skala luas sampai sekarang masih terkendala
oleh berbagai masalah budidaya di antaranya adalah sangat lambatnya laju tumbuh
tanaman baik pada fase bibit maupun setelah ditanam di lapang. Semaian manggis
yang berumur 2 tahun banyak yang tidak mencapai tinggi lebih dari 15 cm.Lambatnya
laju pertumbuhan tanaman manggis ini akibat dari kurang baiknya sistim perakaran
yang dimiliki. Manggis memiliki akar-akar lateral yang relatif sedikit dan miskin
akan bulu-bulu akar, sehingga kemampuannya menyerap hara dan air dari dalam tanah
sangat terbatas. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan upaya mempercepat
pertumbuhannya dengan meningkatkan kemampuan akar manggis dalam penyerapan hara
dan air yang sangat dibutuhkan bagi pertambahan tanaman.Penggunaan cendawan
mikroza sebagai alat biologis dalam bidang pertanian dapat memperbaiki
pertumbuhan, produktivitas dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas
ekosistem tanah. Selain itu aplikasi cendawan mikroza dapat membantu rehabilitasi
lahan kritis dan meningkatkan produktivitas tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan
pada lahan-lahan marginal dan pakan ternak.
Cendawan
Mikroza Arbuskula (CMA) termasuk kelompok endomikoriza yaitu suatu
cendawan tanah
yang bersifat simbiotik obligat dengan akar tanaman yang telah diketahui
mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, karena dapat
meningkatkan serapan hara. Struktur yang terbentuk akibat kerjasama yang saling
menguntungkan antara cendawan mikroza dengan akar tanaman, mempunyai kemampuan
untuk meningkatkan masukan air dan hara dari tanah ke dalam jaringan tanaman.
Mekanisme
hubungan antara CMA dengan akar tanaman adalah sebagai berikut, pertama-tama
spora CMA berkecambah dan menginfeksi akar tanaman, kemudian di dalam jaringan
akar CMA ini tumbuh dan berkembang membentuk hifa-hifa yang panjang dan
bercabang. Jaringan hifa ini memiliki jangkauan yang jauh lebih luas daripada
jangkauan akar tanaman itu sendiri. Hifa CMA yang jangkauannya lebih luas ini
selanjutnya berperan sebagai akar tanaman dalam menyerap air dan hara dari
dalam tanah.
Pemanfaatan
cendawan mikoriza arbuskula pada beberapa tanaman komersial telah menunjukkan
hasil yang cukup baik. Inokulasi CMA pada apel dapat meningkatkan kandungan P
pada daun dari 0,04% menjadi 0,19%. Penggunaan cendawan mikroza pada tanaman
kopi, dapat meningkatkan bobot kering tanaman serta jumlah daun yang berbeda
nyata dengan tanpa mikoriza. Selain itu, pada tanah dengan ketersediaan hara rendah,
inokulasi CMA dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kakao. Pada tanaman
pisang, inokulasi CMA juga mampu meningkatkan pertambahan tinggi tanaman serta
kandungan hara N, P, K, dan Ca pada daun.
Kemampuan
satu jenis CMA dapat berasosiasi dengan beberapa tanaman komersial
cukup luas, akan
tetapi kesesuaiannya dalam bersimbiose dengan tanaman sangat dipengaruhi oleh
berbagai kondisi tanah, jenis mikroza dan jenis tanaman. Berkaitan dengan hal
tersebut di atas, Balitbu sudah mencoba memanfaatkan CMA untuk memacu
pertumbuhan bibit manggis, yang dimulai dengan melakukan eksplorasi CMA di
beberapa daerah sentra produksi manggis di Sumatera Barat. Tanah serta sedikit
akar di sekitar perakaran manggis dewasa diambil dan selanjutnya dibawa ke laboratorium
untuk penangkaran (trapping). Spora-spora yang sudah diperoleh ini selanjutnya
diperbanyak secara kultur pot pada media pasir steril dengan tanaman inang Pueraria
javanica selama 4 bulan.
Berbagai
Jenis inokulum CMA yang diperoleh dari beberapa daerah sentra produksi
manggis ini
selanjutnya diuji cobakan pada bibit manggis yang baru berumur 2 bulan (berdaun
2 helai). Bibit manggis ditanam di dalam pot percobaan yang berisi media tanah
: pasir (1 : 1) yang telah difumigasi terlebih dahulu dengan fumigan (Basamid) selama
2 minggu. Setiap pot berisi 2 kg media dan terdiri dari satu tanaman. Sebelum transplanting
bibit ke pot percobaan, terlebih dahulu dilakukan inokulasi CMA sebanyak 1
sendok makan inokulan yang ditempatkan di bawah perakaran bibit manggis. Selanjutnya
di dalam rumah kaca dan dipelihara secara optimal.
Hasilnya
menunjukkan bahwa setelah 19 bulan diinokulasi CMA, ternyata CMA yang
berasal dari
daerah Sawahlunto Sijunjung dapat memacu pertumbuhan bibit manggis yang cukup
signifikan yaitu sekitar 50% lebih cepat dibandingkan dengan bibit manggis yang
tidak diinokulasi CMA.
Sampai
saat ini inokulasi CMA pada tanaman dilakukan dengan cara meletakkan inokulum
CMA ke bidang perakarannya. Inokulum tersebut adalah media penggandaan spora
(biasanya pasir atau zeolit) yang mengandung spora CMA dan potongan-potongan akar
tanam inang. Cara ini mempunyai kelemahan diantaranya sangat voluminous dengan
bobot cukup mahal transportasinya. Selain itu, jumlah dan dosis spora CMA yang
terdapat di dalam inokulum tidak diketahui dengan pasti. Berdasarkan hal
tersebut, Balitbu Tropika melakukan penelitian tentang pengemasan spora CMA ke
dalam bentuk yang lebih praktis dan sederhana dengan dosis spora yang diketahui
secara pasti agar mudah diaplikasikan. Hasilnya menunjukkan bahwa spora CMA
dapat dikemas ke dalam kapsul dengan menggunakan Carier (bahan pencampur) yang
terbaik dari tanah hitam.
Daya
simpan dari spora CMA yang dikemas ke dalam kapsul ini cukup lama, karena
penyimpanan
sampai 18 bulan masih cukup infektif dan efektif dalam memacu pertumbuhan bibit
manggis. Cara aplikasi kapsul ini juga sangat mudah yaitu dengan membuat lubang
dengan sebilah bambu sebesar pensil di sebelah kiri atau kanan bibit manggis
sedalam 4-5 cm. Selanjutnya kapsul bermikroza tersebut dimasukkan ke dalam lubang
dan lubang ditutup kembali dengan tanah.
Dalam
pembangunan bidang pertanian berkembang isu kebijaksanaan mengenai
budidaya tanaman
yang diarahkan pada upaya mempertahankan/meningkatkan kesuburan lahan dengan
hanya menggunakan input organik dan menekan input bahan kimiawi yang dapat
mencemarkan dan merusak lingkungan. Berkaitan dengan isu kebijaksanaan
tersebut, tampak bahwa penggunaan CMA pada tanaman manggis dapat berperan ganda
yaitu selain dapat memacu pertumbuhan bibit manggis, juga dapat mendukung
kebijaksanaan pemerintah tersebut, karena CMA dapat menekan penggunaan pupuk
kimiawi, meningkatkan produktivitas lahan-lahan marginal dan membantu
rehabilitasi lahan kritis.
M.
Jawal Anwarudin Syah, Irwan Muas dan Yusri Herizal
Penulis dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Puslitbanghorti
Dimuat dalam Tabloid
Sinar Tani, 24 Oktober 2007Penulis dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Puslitbanghorti
alamat : www.deptan.go.id
0 komentar:
Posting Komentar